Menutup Tahun di Taman Mini
Karya : Widya Purnama Putri
Embun
pagi pukul 04.00 menyambut bangun pagiku, kegelapan masih menyelimuti pagi yang
begitu dingin itu. Ditanggal penutup tahun 2010 ini, sengaja aku bangun pagi
sekali, walau itupun mamah yang membangunkan aku, karena hari ini papah dan
rekan-rekan kerja papah sudah merencanakan dari jauh-jauh hari untuk pergi
berlibur ke Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Aku sudah sangat menunggu kedatangan hari ini, maklum jujur
saja, aku belum pernah pergi ke Taman Mini, dan jika hari ini aku kesana, maka
akan jadi sejarah pertama aku menginjakan kaki di tempat hiburan itu, yang
seperti kata orang jika berkunjung ke Taman Mini pasti akan menyebabkan suatu
ketagihan, hehe, dan maka dari itu aku bersemangat sekali di hari senin ini.
“sepertinya
aku tidak kebagian kamar mandi deh!” ucapanku setelah melihat semua kamar mandi
sudah tertutup rapat. Kamar mandi di rumah ku hanya ada dua, yang satu sedang
dipakai papah mandi dan yang satunya sedang dipakai adikku, naah.. untuk
menunggu mereka keluar dari kamar mandi, aku mencoba membuka pintu dan keluar
rumah. Aku berdiri didekat pagar menunggu sang mentari muncul menampakkan
dirinya dengan cahaya indahnya, bermain embun pagi yang masih menghiasi pagar,
dan sambil membayangkan saat bermain-main
di Taman Mini nanti, heemmm… pasti sangat seru. Ketika pikiran ku sedang
hinggap di Taman Mini, tiba-tiba mamah menyadarkan aku,
“Wid, sedang apa , ayo cepat mandi,
nanti ketinggalan!” seru mamah.
Tanpa pikir panjang dan
tanpa menjawab seruan mamah, aku pun langsung bergegas lari seribu langkah
menuju kamar mandi, karena tentu aku tidak mau ketinggalan, nanti jadi harapan
tak samapai donk! Di kamar mandi pun aku masih melanjutkan lamunan ku di depan
rumah tadi, membayangkan Istana Boneka yang ada di Taman Mini Indonesia Indah.
Aku
berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 WIB, dan pergi menggunakan bus
pariwisata yang dimiliki oleh instansi PPPPTK Vedca Cianjur, kantor papah dan
tentunya rekan-rekan kerja papah juga. Sebelumnya, bus tidak langsung melaju ke
tempat tujuan, tapi menjemput semua penumpang dahulu dari rumah ke rumah.
Kebetulan rumahku yang paling dekat dengan kantor papah ku atau tempat
penyimpanan bus itu, jadi yang pertama di jemput oleh Pak Evi, supir bus itu, adalah aku dan keluarga
ku kemudian menjemput ke rumah-rumah
yang lainnya.
Sesudah
selesai menjemput semua penumpang calon wisatawan dan wisatawati Taman Mini
Indonesia Indah, kami pun segera melaju ke jalan menuju Jakarta. Tapi ada
sedikit hambatan di setengah perjalanan kami,
“kesel ih, lama sekali macetnya!” beribu
kali aku mengulang keluhku tadi saat bus pariwisata yang aku, keluargaku, dan
rekan-rekan kerja papah berhenti sangat lama karena terjebak macet di kawasan
Puncak. Untung Om mukjizat, salah satu rekan kerja papah mengajak kami bercanda
dan sering kali mengeluarkan celotehannya sehingga membuat kami tertawa dan
sedikit lupa akan kemacetan.
Oya,
didalam bus pun sangat banyak teman seumuranku, yaitu Azmi, Rizky, Fuji, dan
Lutfi yang merupakan anak dari rekan-rekan kerja papah. Awalnya kami tidak
saling mengenal, tapi akhirnya dengan berjalannya waktu dan karena ada di satu
tempat yang sama, dan tidak dalam waktu sebentar, kami tidak mungkin terus
saling diam dan tidak sapa-sapaan, kami pun saling mengenal dan cerita-cerita
tentang sekolah kami yang memang berbeda-beda sekolah. Kami banyak bercerita,
diantaranya cerita tentang ulangan
kemarin, tentang pelajaran-pelajaran, jajanan yang ada di sekolah
masing-masing, sampai ada berapa kamar mandi di sekolah, hih.. Aneh juga kan
salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Fuzi itu.
Saat
sudah sampai lebih kurang dua jam aku duduk menunggu kemacetan berakhir,
akhirnya kebosananku pun telah memuncak dan sudah tidak bisa di bendung lagi,
akhirnya aku mengajak mamah untuk keluar bus dan berjalan-jalan sejenak melepas
kebosanan. Setelah beberapa langkah dari bus yang aku dan mamah tumpangi, aku
sempat terhenti saat melihat toko bertuliskan “Outlet Remaja” mataku
terbelalak, ya, toko baju, surga para
wanita. Dan tanpa pikir panjang lagi,
aku langsung menarik lengan mamah untuk pergi ke outlet itu.
Didalam
outlet, kami berkeliling melihat-lihat pakaian dan sandal disana, juga sesekali
aku dan mamah mencoba sandal dan memegang-megang pakaian. Mamah mencoba
bertanya pada pelayan yang ada disana tentang kemacetan ini, dan yang membuat
mulutku terbuka lebar dan berkata “HAH!
“biasanya
sampe empat jam” begitu katanya. Haduh, mendengar ucapan mba pelayan tadi,
sungguh membuatku sedikit berpikir acara ke Taman Mini ini tiak akan jadi, huh! Sungguh menyebalkan dan merupakan
mimpi buruk.
Setelah
beberapa menit berada di dalam outlet, akhirnya aku mendapatkan satu barang,
yaitu baju gaun berwarna abu-abu, sangatlah lucu dan menurutku sangat cocok di
badanku, aku akan memakainya saat pesta pernikahan saudari ku nanti dua bulan
mendatang. Begitupun mamah, mamah juga mendapatkan satu sandal high hills. Lalu kami pun bergegas keluar
dari tempat itu.
Deringan
nada dari handphone mamah berbunyi bertuliskan papah, dan sempat mengagetkan
aku, karena takut papah telepon untuk memberi tahu bahwa aku ditinggalkan
disini. “mah. Ayo cepat kembali ke Bus, kemacetan akan segera berakhir!” papah
telepon pas sekali saat kami keluar dari outlet. Untung kekhawatiranku tadi
tidak terwujud, dan benar saja, saat aku dan mamah duduk di dalam bus, bus pun
kembali melaju, kemacetan pun berakhir dan tentu saja anggapanku tentang tidak
jadinya pergi ke Taman Mini itu aku buang jauh-jauh. Semangatku berkoar kembali
sama seperti semua orang yang ada didalam bus.
Enam
jam waktu yang harus ditempuh untuk kami sampai ke Jakarta, dan hanya sampai ke
Jakarta, belum sampai ke tempat tujuan utama kami, yaitu Taman Mini Indonesia Indah. Dan sekitar pukul
11.35 WIB, saat mentari berdiam pas
diatas kepala, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan, Taman Mini Indonesia
Indah. Kekesalan dengan macet diperjalanan tadi semua hilang setelah melihat
tulisan di atas gerbang “Taman Mini
Indonesia Indah”, kami bersorak bersama didalam bus dan bersyukur telah
sampai.
Setelah
tiket pembayaran masuk telah papahku urus, kemudian bus yang kami tumpangi
mencari tempat parkir, tapi ternyata penuh sekali. Ya mungkin orang lain pun
sama, ingin menutup tahun 2010 di Taman Mini Indonesia Indah ini. Namun
akhirnya setelah beberapa menit mencari tempat parkir, ada juga tempat untuk
parkir bus yang kami tumpangi. Kami langsung turun dan menghirup udara di
tempat itu dengan rasa senang dan rasa syukur tentunya.
Kami
menggelar tikar didekat air pancur, mengeluarkan
makanan pokok dan makan bersama-sama. Tapi tidak untuk aku dan mamah, saat
telah sampai di Taman Mini, aku dan mamah malah sibuk mencari kamar kecil. Dan
akhirnya, kamar kecil pun kami temukan tidak jauh dari tempat parkir, Setelah
keluar dari kamar kecil, kebetulan sekali adzan dluhur pun berkumandang. Dan
tanpa perlu berjalan jauh, karena ada mushala dekat kamar kecil itu, aku dan
mamah langsung mengambil air wudhlu dan langsung mendirikan shalat dluhur.
Tempat mushala itu sangat tidak nyaman kami rasakan, baunya tidak sedap dan
sangat menyengat, karena mungkin berdekatan dengan kamar kecil dan bau tidak
sedap itu berasal dari kamar kecil, namun tidak menggugurkan rasa khusyu aku
dan mamah untuk bersujud kepada sang kholik, kami tetap khusyu.
Aku
dan mamah kembali ke rombongan kami yang sedang makan, dan kami pun langsung
melahap makanan yang dihidangkan, karena memang sudah merasakan lapar semenjak
diperjalanan. Menu hidangan makan ini sangat lezat, ayam goreng rendang, ayam
bakar, lalap, dan sayur capcay, “heemmm
yumii..” ungkap ku.
Setelah
makanan sudah habis, kami beristirahat sejenak sambil melihat-lihat keadaan
sekitar, juga merencanakan tempat apa atau wahana bermain mana yang akan kami
kunjungi lebih dulu.
Shalat sudah, makan pun
sudah, istirahat cukup, saatnya bermain. Pertama aku, Azmi, Fuzi, dan Lutfi berniat
untuk pergi ke wahana bermain kereta gantung, kami pun mencari armada kereta
gantung itu. Kami berlari-lari sambil tertawa-tawa menuju tiket kereta gantung,
dan setelah sampai, ya ampuuun.. antriannya panjang sekali.
Sekitar
seperempat jam kami antri di antrian kereta gantung, kesel sih, tapi mau
diapakan lagi, aku dan ketiga temanku sudah terbiasa dengan menunggu. Dari saat
macet dikawasan puncak yang berjam-jam, kerena kami yakin dengan sabar kami
tidak akan merasa bosan dan tentunya orang sabar di sayang oleh Tuhan.
Akhirnya
giliran kami pun tiba, kami mulai lari menuju gerbong kereta, cihuuuyyy… asyik.
Walaupun pertamanya aku sedikit takut, karena takut bila nanti aliran listrik
terputus kita pasti akan diam terjebak
diatas, dan takut bila kereta gantung yang kami tumpangi tiba-tiba terjatuh seperti dalam berita beberapa minggu lalu, hii
jangan sampai deh! Tapi kami tetap enjoy
dan merasakan kesenangan disana.
Kita
buang rasa panik itu saat kereta gantung sudah melaju, rasanya angin mendorong kita melayang dengan
terpaannya, dan pohon-pohon yang menjulang tinggi ke angkasa melambai-lambai
menyambut kami di atas, dan burung-burung berkicau seperti menyanyikan beberapa lagu untuk menyemangati
kami. Sungguh cantik sekali pemandangan Taman Mini Indonesia Indah dari atas
sini. Yang kami lihat begitu menawan, Kami lihat banyak wahana bermain yaitu
keong emas, istana boneka, kolam renang dan lengkap dengan waterboomnya, miniatur peta Negara Indonesia dari Sabang
sampai Marauke, dan tentu ciri khas utama Taman Mini Indonesia Indah yaitu
anjungan-anjungan berbagai provinsi yang berada di Negara Indonesia.
Sangat
lama kami berada diatas, diatas kereta gantung. Namun serasa sangat sebentar
saat kami turun. “aku rasa hanya beberapa detik berada di atas kereta gantung
itu, rasanya ingin naik sekali lagi saja!” Itulah keluhan seorang Lutfi saat
turun dari kereta gantung itu.
Kami
juga merasa demikian, namun tidak mungkin juga kami naik lagi tanpa merasakan
permainan di Taman Mini yang lainnya. Kami berjalan mengililingi Taman Mini
sambil mencari permainan untuk kami mainkan lagi. Tidak terlalu lama aku dan
ketiga temanku berjalan, aku melihat motor tanpa bensin yang di sewakan tidak
jauh dari tempat kereta gantung. Aku langsung menghampiri tempat penyewaan
motor tersebut, namun saat aku sampai ternyata papah dan adikku pun sudah lebih
dahulu berdiri di tempat itu. Karena Fuzi, Azmi, dan Lutfi tidak mau aku ajak pergi
jalan-jalan dengan motor itu, aku pun menyewa itu hanya dengan papah dan
adikku, dan ternyata biaya sewanya hanya 25.000 rupiah per satu jam.
“waaahh…
indahnya!” tak hentinya aku memuji tempat wahana bermain ini dengan segala
tampilan dan aplikasinya. Sambil naik motor yang telah papah dan adikku sewa
dan papah yang menyetir motor itu, aku berkeliling Taman Mini sambil memandangi
lingkungan sekitar dengan penuh kekaguman. Sungguh di pikirku, tidak sia-sia
aku merencanakan dan pergi ke tempat seindah ini, arena pemulihan pikiran dan
menyegarkan otak dari segala kesibukan aktifitas dihari-hari biasa.
Setelah sudah satu jam pun berlalu, dan mataku
pun sudah puas melihat keindahan demi keindahan yang di miliki tempat ini
dengan berkeliling menggunakan motor
tanpa bensin melainkan menggunakan baterai, aku bermaksud untuk memasuki
salah satu anjungan yang berada di sana, yaitu anjungan provinsi Jawa Barat,
daerahku sendiri. Kali ini aku mengajak mamah untuk menemaniku. Di dalam
anjungan, ternyata suasananya sangat sepi, apalagi remaja seumuranku, hanya aku
yang berada disana. Mungkin sebagian besar orang pergi ke Taman Mini ini lebih
memilih hiburan dan permainannya saja, namun padahal apa salahnya jika kita
sedikit mengenal rumah dan budaya-budaya yang ada di Indonesia walaupun hanya
dengan melihat miniatur-miniaturnya saja, apa lagi daerah yang selama ini kita
pijaki, tentu ilmu pengetahuan kita juga akan sedikit bertambah, bahkan banyak
bertambah. Dan apa salahnya kita bermain sambil belajar di tempat yang serba
ada ini.
Mungkin
ini jam-jam terakhir ku di Taman Mini Indonesia Indonesia, karena terlihat
cuaca sudah mulai menyelimuti matahari dan gelap pun telah hampir datang. Dan
tentu untuk acara penutup ini aku dan keluargaku pun menutupnya dengan
berbelanja aneka souvenir untuk oleh-oleh khas Jakarta dan Taman Mini untuk
sahabat-sahabat di Cianjur seperti, pajangan-pajangan, gantungan kunci,
gantungan handphone, pakaian-pakaian dan masih banyak lagi yang tentu merupakan
khas dari tempat dan provinsi ini.
Hampir
semua toko kami singgahi, namun tentu tidak di semua toko kami bali barangnya,
ya hanya sekedar melihat-lihat, dan tapi tidak hanya melihat-lihat juga, kami
pun membeli barang yang cocok dan menurut kami menarik untuk kami maupun untuk
oleh-oleh. Kami terus menelusuri tiap toko, walaupun kami tahu bahwa setiap
toko itu sama saja, namun wajarlah, naluri seorang wanita, belanja sepuasnya
sampai kaki membesar sebesar talas bogor, sampai keringat sudah mengguyur
badan, tengorokan tinggal kerongkongan, dan tentu sampai kantong dan dompet
kering pula, baru kegiatan belanja akan terhenti.
Sekitar
pukul 16.30 WIB kami sudah berkumpul kembali di dalam bus pariwisata yang
diparkir sedikit jauh dari wahana bermain, kami siap-siap untuk pulang, dan
mengecek apa ada barang yang hilang atau seseorang yang tertinggal ataupun
belum sampai bus.
Rasanya
berat juga meninggalkan tempat penuh kejutan dan keindahan ini, namun hari
sudah terselimuti oleh gelap dan menampakan hitamnya menuju malam, dan bus pun
segera melaju untuk kembali pulang. Kami melambaikan tangan pada Taman Mini
Indonesia Indah yang seakan tersirat mengucapkan “suatu hari harus datang lagi
ke tempat ini” di pintu keluar.
Seperti
biasa saat kami berangkat, di jalan pulang pun kami terjebak yang menyebabkan
hati kami jengkel, bosan, tak sabar dan gelisah, yaitu terjebak macet lagi.
Kami menghilangkan kejenuhan kemacetan dengan bercerita tentang pengalaman
selama berada di Taman Mini Indonesia Indah tadi, dan seperti biasa sorak-sorak
tawa selalu menghiasi bus yang kami tumpangi.
Saat
tawaan demi tawaan keluar dari mulut kami, aku teringat sesuatu yang aku
lupakan selama aku berada di Taman Mini tadi. Aku tidak masuk ke keong emas dan
istana boneka, ya ampun mengapa aku begitu lupa akan itu, padahal aku sudah
berkhayal masuk ke tempat itu. Aku tidak tahu mengapa aku sampai tidak
menginjakkan kaki sedetik pun ke tempat itu, tapi ya sudahlah semuanya sudah
terlanjur, mungkin aku terlalu larut dalam wahana permainan disana hingga
melupakan rencanaku semenjak awal itu.
Saat
aku terdiam sejenak karena memikirkan tempat yang aku tidak kunjungi tadi, aku
pun mencoba bertanya pada orang-orang dalam bus, apa mereka masuk ke tempat
keong emas dan istana boneka, dan ternyata mereka semua menjawab pertanyaan
yang sama yaitu “tidak”. Tawa pun keluar lagi saat kata itu terucap secara
bersamaan. Memang kita semua tidak sempat memasuki tempat itu karena sudah
terpanah oleh permainan-permainan disana yang juga sangat menghibur kami walau
tidak berkunjung ke tempat keong emas dan istana boneka itu.
Sudah
sekitar pukul 20.00 WIB, kami masih
terjebak macet di Jakarta, karena aku sudah sangat lelah dan ngantuk, aku pun
tidak menghiraukannya lagi kemacetan yang kami alami, maka aku pun mencoba
menghibur diriku sendiri dengan mencoba mendengarkan musik melalui headset
handphone ku dan mencoba menutup mataku, tapi walaupun aku mendengarkan musik,
namun telingaku masih berfungsi tidak ikut tidur dan masih mendengar suara
kendaraan-kendaraan pada malam hari yang sudah sangat menampakkan hitamnya dan
suara-suara binatang malam di sepanjang perjalanan.
Pukul
22.30 WIB kami belum sampai ke rumah namun sudah sampai jalur Cianjur, namun
perut kami sudah memanggil agar makanan masuk kedalamnya, kami pun berhenti
sejenak di salah satu rumah makan padang di daerah Cianjur yang sudah sangat
dekat sampai rumah kami masing-masing. Rumah makan ini memang langganan papah
dan rekan-rekan kerjanya, karena selain hidangannya yang serba lezat juga rumah
makan ini buka 24 jam dan tentu masih buka yang hampir di setengah malam ini, tapi bukan promosi loooh!
Setelah
kenyang dan perut sudah menerima
keinginannya, kami pun melanjutkan perjalanan yang hanya sebentar lagi sampai.
Anehnya semua orang di dalam bus wajanya terlihat bersinar seperti segar dan
bersemangat kembali, mungkin karena setelah kenyang makan dan perjalanan yang
sungguh sangat menjenuhkan ini akan segera berakhir beberapa menit lagi.
Dan,
pukul 23.00 WIB pun akhirnya kami sampai
juga di rumah, tak pikir panjang lagi aku langsung pergi ke kamar mandi dan
dilanjutkan ke kamar tidurku untuk merebahkan diri di tempat tidur kesayanganku,
begitu pun dengan adikku, dia juga langsung menjatuhkan badannya tanpa
basa-basi di tempat tidurnya. Namun tidak untuk mamah dan papah, sepertinya
mamah dan papah ku memberaskan dahulu barang-barang bawaan dan mengecek barang,
yang mungkin saja ada yang tertinggal di Taman Mini atau di dalam bus.
Menutup
tahun di Taman Mini Indoesia Indah adalah kegiatan yang sangat berkesan,
mengagumkan, menyenangkan, dan tentunya tidak akan pernah aku lupa. Aku pasti
akan kembali lagi ke tempat mengagumkan itu, entah kapan. Di tempat itu aku
tidak hanya merasakan suatu kebahagiaan wahana bermain, namun aku juga bisa menambah
ilmu ku disana. Aku belajar mengenai banyak hal, tentang kebersamaan, tentang
kesabaran, dan banyak lagi tentang ilmu kedaerahan yang ada di setiap anjungan
di Taman Mini Indonesia Indah. Aku sangat berterima kasih kepada papah dan
rekan-rekan kerja papah yang telah mewujudkan mimpiku untuk pergi berlibur, dan
aku sangat senang bisa pergi ke Taman Mini Indonesia Indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar