BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istilah
perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan
berubah sepanjang perjalanan hidup mereka melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, kepribadian sosioemosional, perkembangan kognitif
(pemikiran), dan pemikiran perkembangan bahasa.
Pada
umumnya perkembangan pada manusia berawal dari masa kanak-kanak, adolescence
atau remaja, kemudian dewasa, dan terakhir masa tua.
Istilah
adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi
dewasa. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurangkurangnya
dalam masalah hak.
Periode
perkembangan remaja dimulai dengan pubertas. Periode pubertass atau masa remaja
awal adalah waktu yang perkembangan fisik dan intelektual yang pesat. Pada masa
remaja akan banyak sekali perubahan-perubahan yang akan dialami oleh karena itu
penulis mengambil judul dalam penulis makalah ini yaitu “Perkembangan Fisik dan Kognitif Pada Usia Remaja”
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di
buat beberapa macam rumusan masalah yaitu antara lain:
1.
Definisi
remaja
2.
Perkembangan fisik dan psikis pada usia
remaja
3.
Perkembangan
kognitif remaja
4.
Tugas
perkembangan pada masa remaja
1.3
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui definisi remaja
2.
Untuk
mengetahui perkembangan fisik dan psikis pada usia remaja
3.
Untuk
mengetahu perkembangan kognitif remaja
4.
Untuk
mengetahu tugas perkembangan pada masa remaja
1.4 Metode
Penulisan
1.
Telaah
Pustaka
Mencari
tahu berbagai informasi tentang perkembangan remaja dengan cara menelaah
perpustakaan melalui berbagai buku yang berkaitan.
2.
Telaah
Internet
Mencari
tahu berbagai informasi tentang perkembangan remaja dengan cara menelaah
internet melalui sumber-sumber dari berbagai situs dan URL, yang ada di
internet berupa google dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja
Remaja, kaum yang oleh para psikolog digolongkan berusia antara 16 – 25
tahun. Dari sisi psikologinya mereka berada diantara golongan dewasa dan
anak-anak. Masa anak sudah lewat, tetapi masa dewasapun belum waktunya. Remaja
pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang besar, dinamis dan selalu ingin
mencoba hal-hal yang baru. Dan bila tidak ditanggulangi secara dini dapat
mengakibatkan remaja bertindak tanpa menggunakan otak (Erna, 1990).
2.2 Perkembangan Fisik dan Psikis Pada Usia
Remaja
periode perkembangan fisik
dan psikis pada usia remaja sebagai berikut:
·
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
·
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
·
Masa akhir pubertas (17 - 18
tahun)
·
Dan periode remaja Adolesen (19 -
21 tahun)
2.2.1 Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan
dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat
dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar
pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya,
remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya
baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini
akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani
mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan
akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi
oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai
anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya
sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang
tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan
yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung
dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman
pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya
daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan
yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan
keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu
memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu,
remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah
yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele,
tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak
boleh berpikir, "Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa
menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian
seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya,
akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang
terbaik baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan
psikis anaknya.
2.2.2 Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana
perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan
perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan
lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan
daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat
pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang
mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia
begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka
bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan
dengan pikirannya sendiri.
2.2.3 Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik,
akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka
juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini
berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih
singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih
cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan
seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum
tercapai sepenuhnya.
2.2.4 Periode remaja
Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang
sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari
berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang
didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih
mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas,
seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya
serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
2.3 Perkembangan Kognitif Remaja
Ketika
seluruh bagian tubuh lain berubah pada masa pubertas, otak dan fungsinya juga
berubah, dan waktu perubahan intelektual sangat berbeda-beda bagi seluruh
individu. Salah satu indikasinya ialah bahwa nilai ujian intelegensi yang
diperoleh selama beberapa tahun dari orang yang sama paling banyak berfluktuasi
selam kurun waktu mulai usia 12 hingga 15 tahun. Pada usia ini, beberapa
peneliti menyebutnya “dorongan pertumbuhan intelektual” (Andrich & Styles,
1994).
Inhelder dan
Piaget (1958) mengakui bahwa perubahan otak pada masa pubertas mungkin perlu
untuk kemajuan kognitif masa remaja. Namun, mereka menegaskan bahwa pengalaman
dengan masalah-masalah yang rumit, tuntutan pengajaran formal, dan pertukaran
serta kontradiksi gagasan dengan teman-teman sebaya juga perlu agar penalaran
operasional formal berkembang. Remaja yang mencapai tahap ini (tidak semua mencapainya) telah memperoleh tingkat
penalaran dewasa. Perkembangan kognitif remaja lebih dicirika oleh pertumbuhan
pengertian dan kemampuan yang menetap (Eccles, Wigfield & Byrnes, 2003).
Dalam teori
perkembangan kognitif piaget, masa remaja adalah tahap peralihan dari
penggunaan operasi kongkret ke penerapan tahap operasi formal dalam penalaran.
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam. Tahap
ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran
moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
2.4 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Semua
tugas perkembanagan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan
perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa,
tugas perkembangan pada masa dewasa menuntut perubahan besar dalam sikap dan
pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki yang mampu dan hanya anak perempuanlah yang dapat
diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, anak
laki-laki itu mengalami kematangan yang terlambat.
Sekolah
dan perguruan tinggi menekan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep
yang penting bagi kecakapan social. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan
keterampilan dan konsep ini secara praktis dan. Mereka yang aktif dalam
berbagai aktifitas ekstrakurikuler menguasi praktek yang demikian ini, namun
mereka yang tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak
diterima oleh teman-teman, akhirnya mereka tidak memperoleh kesempatan ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
makalah ini adalah:
1. Remaja
digolongkan berusia antara 16 – 25 tahun. Dari sisi psikologinya mereka berada
diantara golongan dewasa dan anak-anak.
2. periode
perkembangan fisik dan psikis pada usia remaja sebagai berikut:
1)
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
2)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
3)
Masa akhir pubertas (17 - 18
tahun)
4)
Dan periode remaja Adolesen (19 -
21 tahun)
3. Masa remaja adalah tahap peralihan
dari penggunaan operasi kongkret ke penerapan tahap operasi formal dalam
penalaran. Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar