Minggu, 16 Maret 2014

ARTIKEL "Azab Untuk Penikmat Duniawi (Lingkungan)"



Azab Untuk Penikmat Duniawi
Karya : Widya Purnama Putri
Kata lingkungan bukan hal yang asing, dalam pengertian yang umum dan sempit mungkin semua orang tahu, namun secara rinci banyak orang belum memahaminya, apalagi bagi masyarakat awam. Apa sebenarnya lingkungan itu? Apa pentingnya lingkungan bagi kehidupan? Dan mengapa terjadi pencemaran lingkungan? Lingkungan itu satu kesatuan benda  hidup dan benda mati yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Istilah lingkungan seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Lingkungan juga bisa dibilang sahabat bagi para makhluk hidup, apabila diperlakukan secara arif dan bijak, dijaga, dilindungi, dilestarikan, dan dimanfaatkan dengan tidak berlebihan, namun jika sebaliknya, lingkungan diabaikan kelestariannya, tidak mempergunakannya secara bijak, dan memanfaatkannya secara berlebihan, bukan tidak mungkin lingkungan akan berubah menjadi sesuatu yang jahat dan kasar. Lingkungan juga punya perasaan apabila kita jahat padanya, maka lingkungan pun akan membalasnya. Adapun pengertian lingkungan hidup menurut UU no.23 tahun 1997 “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan itu bukanlah hal yang biasa dan tidak boleh dianggap sederhana, karena berkaitan dengan banyak ekosistem didalamnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan makhluk hidup dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Lingkungan merupakan dunia bagi seluruh makhluk di alam ini.
Lingkungan itu tempat makhluk hidup tumbuh, tentu kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan oleh lingkungannya. Kita pun sebagai manusia, mempunyai hak dan kewajiban terhadap lingkungan.  Hak mendapatkan lingkungan yang baik dan layak dan mempunyai kewajiban menjaga, melindungi, memperbaiki, serta melestarikannya. Manusia tentu tahu dan menyadari tentang banyaknya pemanfaatan lingkungan dalam berbagai kehidupan, yang secara umum bermanfaat sebagai sumber kehidupan. Yang pertama yaitu sebagai sumber pangan, segala sesuatu yang bisa memuaskan perut yaitu makanan. Segala bentuk makanan apapun pasti bersumber dari lingkungan, baik itu yang bisa langsung dinikmati atau perlu diproses dengan beberapa tahap terlebih dahulu.
Kemudian sebagai sumber sandang dan papan, yaitu segala sesuatu yang merupakan kebutuhan manusia untuk kelangsungan hidupnya, seperti pakaian dan perumahan. Dari mana lagi manusia mendapatkannya jika tidak berasal dari lingkungan, karena manusia hidup harus berpakaian yang layak dan mempunyai tempat tinggal untuk berlindung dari panas, hujan, dan binatang buas. Semua kebutuhan itu hanya bisa diambil dari alam, yaitu lingkungan hidup kita, yang sebelumnya telah diproses dari beberapa tahapan hingga menjadi sesuatu yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Lalu sebagai obat-obatan dan kosmetik, antaranya obat-obatan yang berasal dari lingkungan adalah tanaman kumis kucing, daun dewa, sambiloto, temu putih, temu lawak, dan lain-lain. Untuk kosmetik contohnya bengkuang, lidah buaya, tomat, mentimun, dan masih banyak lagi. Selain mudah didapat karena ada di lingkungan kita, memakai obat-obatan dan kosmetik berasal dari lingkungan yang alami tidak menimbulkan efek samping dan tidak kalah manjurnya dari obat-obatan serta kosmetik yang dijual beredar dipasaran. Waw! Ternyata lingkungan bisa jadi rumah sakit gratis kan untuk kita.
Selanjutnya lingkungan juga bermanfaat sebagai keanekaragaman hayati, yaitu beranekaragamnya puspa dan satwa disekitarnya. Lingkungan pun bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan dan tempat observasi dan penelitian atau konservasi.
Tapi pernahkah manusia menyadari akan manfaat linkungan hidup? Pernahkah manusia berpikir untuk bersyukur dan memberi sedikitnya penghargaan untuk lingkungan? Dari banyaknya manfaat yang diambil dari lingkungan, seharusnya kita bisa menjaga, memelihara, dan melindungi lingkungan. Namun begitulah yang namanya manusia, penuh dengan kerakusan dan ketamakan, sehingga banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan seperti timbulnya pencemaran dan bencana alam. lihatlah kebiasaan-kebiasaan manusia yang masih belum bisa menghargai pemberian lingkungan, membuang sampah tidak pada tempatnya, dikali, sungai, dilaut atau disembarang tempat, dan membuang limbah pada  sungai, laut, dan danau, serta pemakaian kendaraan yang berpolusi berlebihan dan yang pada akhirnya perbuatan tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan berpontensi pada lahirnya bencana. Huh! Memang manusia hanya menjadi benalu untuk lingkungan di dunia ini. Sudah dikasih hati, minta jantung.
Salah satu contoh, Waduk Jatiluhur yang terletak di Kota Parahiangan, Bandung. Bandung mempunyai julukan Kota Kembang dan Kota Paris Van Java, namun sayang dengan julukan itu, tidak menjadikan warga sekitar sadar akan segala gelar yang disandang. Waduk Jatiluhur yang merupakan tempat pariwisata, dan sumber kehidupan bagi masyarakat didalamnya adalah waduk terkotor sedunia, Ironis sekali. Apa memang susah menjaga lingkungan? Bagaimana bila lingkungan sudah lelah dalam menyikapi pecemaran, apabila alam telah sampai puncak kekosongan, dan apabila Waduk Jatilihur sudah tak mampu menampung berbagai perhiasan kotornya dari masyarakat, dari mana kita hidup? Dari mana kita dapat keterangan cahaya? Dan Waduk mana lagi yang akan dijadikan korban selanjutnya. Bayangkan saja, apabila dibiarkan dan tanpa penanganan yang serius baik oleh masyarakat maupun pemerintah, betapa tercorengnya citra Kota Bandung, bukan hanya kota itu sendiri saja yang akan menanggung malu, melainkan nama negara pun akan terkena imbasnya dilihat oleh kacamata dunia. Coba pikirkan itu, jika masyarakat dunia telah mencap negara yang kita cintai ini sebagai negara yang kotor dan masyarakatnya tidak peduli terhadap lingkungan, sungguh sangat memalukan. Jangankan mereka ingin berkunjung berpariwisata, mendengarnya pun bukan tidak mungkin mereka sudah muak, apalagi untuk berinvestasi, karena mereka sudah menganggap bahwa bangsa kita adalah bangsa yang malas dan selalu berbuat semaunya tanpa memikirkan etika. Apa bukan lagi jadi hal yang merugikan? Atau malah sebaliknya, masyarakat telah merasa bangga dan puas menikmati pemberian alam ini! Acuh dengan segala bencana dan pencemaran! Karena memang kita telah terbiasa? Itulah titik kesalahan kita yang sepatutnya direnungkan kembali.
Contoh selanjutnya dari lingkungan perkotaan yang telah rusak , dimana air sungai sudah sangat tercemar sehingga punahnya kehidupan air, seperti ikan yang semula bisa bertahan hidup di air yang jernih, kini tidak bisa dijumpai lagi karena tempatnya yang sudah tidak mendukung bagi kelangsungannya. Dan tentu berdampak pula bagi kehidupan manusia dengan berkurangnya sumber air bersih, yang setiap harinya dipergunakan mereka sendiri untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Manusia kini bagai pembunuh, yang telah memusnahkan satu demi satu kehidupan didunia ini, yang juga lambat laun akan membunuh kehidupan lainnya, termasuk manusia sendiri.
Jakarta, Ibu Kota Negara Indonesia, masihkah pantas gelar itu disandang oleh Jakarta? Dari semua pencemaran-pencemarannya, dari semua kerusakan-kerusakannya, dan dari semua bencana-bencananya, terutama banjir. Segala yang terjadi disana, memang bukan kehendak semua warga Jakarta, memang bukan sama sekali yang diinginkan warga sekitar. Namun penyebab semua itu adalah ulah tangan mereka sendiri, dan dengan apa yang terjadi itu, merupakan sebuah balasan yang nyata atas tindakan mereka terhadap lingkungan yang masih menganggapnya sederhana.
 Menurut para ahli, Jakarta diperkirakan akan tenggelam sekitar Tahun 2015, sudah tentu bila prediksi itu benar maka pemerintah Indonesia harus segera memikirkan pengganti atau tempat dimana Ibu Kota itu akan didirikan. Jakarta sudah mengalami penyusutan pertahun sekitar 30cm. penyebab utama secara umum adalah karena rusaknya lingkungan. Terlihat dari banyaknya bangunan-bangunan, gedung-gedung yang menjulang tinggi ke langit, supermal, supermarket yang luas dan tinggi yang sesungguhnya bukan menjadi kebaikan bagi semua orang, namun akan menjadi ancaman di tahun 2015 mendatang. Dan apabila nanti ibu kota telah dipindahkan. Akankah kota itu akan tetap bersih, akankah terhindar dari pencemaran dan bencana. Itu kembali lagi dari kesadaran manusia yang menempati wilayah ibu kota baru itu.
 Manusia mencemari lingkunga dan berbagai unsurnya, seolah jika bumi telah gundul, kita semua dapat pindah ke planet lain. Mereka telah buta karena kepentingan bisnis, kekayaan, harta, dan kepentingan-kepentingan mereka yang memang menguntungkan bagi semua manusia namun perlu ditinjau ulang. Bahwa keuntungan-keuntungan seperti membangun perusahaan-perusahaan, supermarket, hotel, dan tempat lainnya yang menjadikan lahan-lahan yang seharusnya digunakan untuk area penghijauan sehingga menyempitnya lahan pertanian itu, hanyalah keuntungan sesaat, karena kurang dari 8 tahun, semua itu akan tenggelam dalam pencemaran. Bisa dibayangkan, betapa kita bagai benalu didunia ini, dan itulah contoh azab atau balasan dari kemarahan lingkungan terhadap tingkah manusia yang telah jahat kepadanya.
Pernahkah manusia berpikir atas pencemaran lingkungan yang mereka lakukan akan menjadi senjata makan tuan bagi dirinya? Tentu tidak! Yang mereka pikirkan hanyalah menikmati yang dengan kata lain adalah menghabiskan dengan cara yang berlebihan. Tak sadarkah bahwa segala bencana dan pencemaran terjadi ini adalah balasan untuk mereka, azab untuk penikmat dunia, balasan itu nyata, azab itu terjadi. Lingkungan telah tercemar, tak banyak lagi terlihat keindahan, tak terlihat lagi lingkungan yang sehat, dan tak terlihat lagi lingkungan yang bebas dari pencemaran. Lingkungan telah rusak. Layaknya kertas putih suci yang telah buram, dan berdebu, tapi bukan nasi yang sudah menjadi bubur, yang tidak akan pernah bisa kembali. Kertas itu masih bisa putih. Lingkungan masih bisa bersinar.
Jika ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan buruk manusia yang terus menerus merusak lingkungan sehingga dapat merugikan manusia itu sendiri, perlukah pendidikan lingkungan hidup di sekolah? Ya perlu, Tepat! pendidikan lingkungan hidup bisa dibilang sangat penting, karena dalam pendidikan ini berkaitan dalam menjaga lingkungan dan berbagai unsurnya yang mendatangkan ancaman pencemaran dan kerusakan, baik dalam tingkat dasar maupun atas. Memang sudah seharusnya pendidikan ini diterapkan sejak usia dini. Peranan pendidikan lingkungan hidup juga dimaksudkan agar menumbuhkan kesadaran akan menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan, itu sangatlah penting.
Banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan As Sunnah yang membahas tentang lingkungan, antara lain lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital, dan problematikannya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi pengelolaan lingkungan. Adapun As Sunnah yang menerangkan secara rinci dan detail. “Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. 15 : 19-20).  Rasulullah SAW pun telah mengajarkan kepada para sahabatnya tentang pentingnya menjaga lingkungan, dan Allah SWT  akan memberi pahala yang sangat besar bagi manusia yang bekerja untuk memelihara lingkungan yang akhirnya memakmurkan bumi, itu termasuk ibadah bagi-Nya.
Dengan Pendidikan Lingkungan Hidup, ayat-ayat Al-Qur’an, As Sunnah, dan dengan berbagai fenomena yang terjadi dari lingkungan. Seharusnya dan diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran peduli terhadap lingkungan. Menjaga, memperbaiki dan melestarikannya, bukan tidak boleh mempergunakannya. Memang semua ini hanyalah sebatas materi yang menjenuhkan, namun akan menjadi suatu pedoman dalam diri kita untuk menciptakan lingkungan yang stabil seperti semula jika kita mau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, mari kita rubah pola hidup kita yang tidak baik terhadap lingkungan, salah satunya dengan upaya penanggulangan 3R, yakni: Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce (mengurangi) contohnya: mengurangi penggunaan sesuatu yang berdampak pencemaran dan menjadikan lingkungan tidak sehat dan mengurangi tindakan-tindakan yang setidaknnya sedikit-sedikit menjadi kerusakan lingkungan. lalu dengan Reuse (digunakan kembali) dengan tidak merubah bentuk, contohnya: kardus-kardus bekas, kantong plastik atau kresek, digunakan kembali untuk menyimpan barang-barang tertentu, sehingga tidak lagi membuangnya dimana-mana. Dan Recycle (diproses didaur ulang) contohnya: untuk sampah-sampah organik dan non organik bisa dimanfaatkan dengan cara didaur ulang yang diproses menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna dan nilai jual yang bermanfaat tentunya. Menjadikan limbah-limbah menjadi berbagai karya seni menarik. Bahkan bila perlu para penggiat seni dan para pengrajin merubah bahan baku karyanya dengan memakai limbah-limbah, karena karya seni dengan bahan dasar limbah ini tidak kalah menarik dan tidak kalah mempunyai nilai jual dari bahan-bahan selain limbah. Serta pemerintah harus lebih memperhatikan lagi mengenai masalah lingkungan, dan bagi siapa yang merusaknya, maka pemerintah harus tegas dalam menegakkan hukum.
Dengan demikian, apabila hal ini dapat segera terlaksana dan apabila seluruh umat manusia bisa menyadari tentang arti penting lingkungan bagi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan, maka akan banyak sekali manfaat yang akan dirasakan, baik itu bagi lingkungan maupun makhluk hidup dalamnya. Lingkungan pada umumnya sudah ditentukan oleh Sang Pencipta seperti ini, namun sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk menjaga dan melestarikannya. Sesungguhnya lingkungan ini akan menjadi lebih baik ataupun lebih buruk, itu semua tergantung dari komitmen manusia dalam mengelola lingkungan ini. Semoga masalah mengenai hancurnya lingkungan tempat tinggal kita bisa segera diatasi, dan juga semoga manusia-manusia yang merupakan peran penting dalam kewajiban menjaga lingkungan, dapat segera tersadar dan dapat tergoyah hati untuk selalu bersyukur terhadap lingkungan kita. Kertas buram yang telah berdebu akan kembali berubah menjadi kertas putih.


1 komentar: